MAKALAH PENGANTAR TELEMATIKA ( TUGAS 4 )

Diposting oleh Derri on Kamis, 12 Januari 2017

PURWARUPA SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN JUMLAH KALORI DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS

PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi sekarang ini berjalan sangat cepat dan memegang peranan penting dalam berbagai hal. Komputer merupakan salah satu bagian penting dalam peningkatan teknologi informasi saat ini sehingga dapat digunakan untuk mengolah data sebagai informasi pengambilan keputusan. Dengan menyimpan informasi dan sehimpunan aturan penalaran yang memadai memungkinkan komputer memproses informasi yang terdapat di dalam working memory dengan sekumpulan aturan yang terdapat di dalam basis pengetahuan menggunakan mesin inferensi untuk menghasilkan informasi, pola kerja sistem ini disebut sebagai sistem pakar (expert system). Implementasi sistem pakar banyak digunakan untuk kepentingan komersial karena sistem pakar dipandang sebagai cara penyimpanan pengetahuan pakar dalam bidang tertentu ke dalam program sehingga komputer dapat memberikan keputusan dan melakukan penalaran secara cerdas. Bidang kesehatan merupakan bagian dari bidang-bidang lain yang memanfaatkan teknologi komputer, salah satunya yang digunakan untuk menentukan jumlah kalori diet bagi penderita penyakit Diabetes Mellitus (DM). Diabetes Mellitus yang memprihatinkan dan merupakan salah satu penyakit kronis di mata pemerintah Indonesia maupun dunia. Fakta-fakta dan kondisi yang ada saat ini di lingkungan mengenai penyakit Diabetes Mellitus (Almatsier, 2007):

Ø  Diabetes adalah penyakit yang bisa menyebabkan komplikasi serius seperti jantung, stroke, kebutaan, gagal ginjal, dan amputasi kaki.
Ø  Pada tahun 2000, sekitar 150 juta jiwa di dunia mengidap Diabetes Mellitus.
Ø  Pada tahun 2005, penderita Diabetes Mellitus meningkat hampir 2 kali lipat dari statistik tahun 2000.
Ø  Pada tahun 2005 penderita Diabetes Mellitus di indonesia mencapai 12 juta jiwa. Penelitian ini mencoba membuat semacam program bantu di bidang kesehatan, dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan di lingkungan masalah kesehatan masyarakat yang masih kurang mendapat perhatian terutama masalah penyakit Diabetes Mellitus yang memprihatinkan dan merupakan salah satu penyakit kronis dimata pemerintah Indonesia maupun dunia.

TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Merancang sebuah purwarupa sistem pakar untuk menentukan jumlah kalori diet bagi penderita diabetes.

SISTEM PAKAR

Sistem pakar adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia (Pakar) ke komputer, sehingga komputer dapat menyelesaikan permasalahan tersebut layaknya seorang pakar (Kusumadewi, 2003). Sampai saat ini sudah banyak sistem pakar yang dibuat. Kemampuannya untuk memberikan keputusan seperti seorang pakar di dalam bidang tertentu merupakan salah satu hal yang diperlukan oleh manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Sistem pakar dibuat pada domain pengetahuan tertentu untuk suatu kepakaran tertentu yang mendekati kemampuan manusia di salah satu bidang. Sistem pakar mencoba mencari solusi yang memuaskan sebagaimana yang dilakukan seorang pakar.


Arsitektur Sistem Pakar

Sistem pakar disusun oleh dua bagian utama yaitu lingkungan pengembang dan lingkungan konsultasi (Turban, 2005). Lingkungan pengembang sistem pakar digunakan untuk memasukkan pengetahuan ke dalam lingkungan sistem pakar, sedangkan lingkungan konsultasi digunakan oleh pengguna yang bukan pakar guna memperoleh pengetahuan pakar. Komponen sistem pakar dapat dilihat dalam gambar 1.


Sebuah program yang digunakan untuk menirukan seorang pakar harus dapat melakukan hal-hal yang dilakukan seorang pakar. Untuk membangun sistem seperti di atas maka komponen-komponen dasar yang harus dimiliki adalah sebagai berikut :

1.      Antarmuka Pengguna

User interface merupakan bagian dari software yang menyediakan sarana untuk user agar bisa berkomunikasi dengan sistem. User interface akan mengajukan pertanyaan atau form input dari fakta-fakta yang baru ataupun fakta-fakta yang sudah ada dalam knowledge base beserta rulenya dan juga menyediakan menu pilihan untuk memasukkan pengetahuan baru dalam basis pengetahuan.


METODE PENELITIAN

Pengumpulan Data
Tahapan Pengumpulan data dengan pakar pada umunya meliputi hal-hal sebagai berikut :

a)      Diskusi domain penentuan nilai kalori menggunakan rumus broca.
Diskusi ini dilakukan di awal pertemuan dengan para pakar, dimana akan mendapatkan penjelasan apa-apa saja yang terkait dengan data antropometri, rumus broca, kalori seimbang, diabetesi murni.
b)      Wawancara, tanya jawab semua hal yang berkenaan dengan domain Diabetes Mellitus. Domain-domain tersebut adalah proses perhitungan kalori diet dengan masukan berupa data-data antropometri penderita.
C)      Studi literatur, yaitu studi penelitian-penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh para peneliti dengan domain yang hampir mirip. 

Analisa Proses Bisnis

Dari hasil wawancara dengan pakar gizi dikatakan bahwa dalam penyusunan jumlah kalori yang dibutuhkan diabetesi, perlu beberapa pemahaman terkait variabel-variabel yang saling berhubungan satu sama lain. Penyusunan menu diet dapat dilakukan setelah mendapat kepastian dari dokter terkait penyakit Diabetes Mellitus yang diderita pasien. Untuk itu langkah pertama pasien harus menghubungi dokter internist untuk mencari kepastian bahwa pasien benar-benar menderita Diabetes Mellitus. Pemeriksaan dokter bisa diperkuat dengan hasil pemeriksaan laboratorium atau penunjang medis lainnya. Langkah kedua setelah dokter mengetahui hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan oleh pasien, maka dokter kemudian memutuskan pasien menderita penyakit Diabetes Mellitus tipe tertentu. Langkah ketiga, dokter mendisposisi kepada nutritionist atau ahli gizi untuk memberikan menu diet yang seimbang kepada diabetesi sesuai perhitungan variabel-variabel masukan. Variabel tersebut adalah tinggi badan, berat badan, usia, jenis kelamin, aktifitas fisik dan bentuk tubuh. Semua variabel tersebut harus mempunyai nilai agar dapat memenuhi kriteria broca. Dengan menggunakan rumus broca kebutuhan jumlah kalori dapat diketahui sehingga ahli gizi dapat memberikan menu diet yang seimbang.

Flowchart
Proses tersebut dapat digambarkan dalam rancangan penentuan nilai kalori dengan flowchart seperti ditunjukkan pada Gambar 4.
Diagram Konteks
Diagram pada Gambar 5 menggambarkan mengenai beberapa aktor yang terlibat dalam sistem pakar tersebut. Sistem tersebut berjalan dengan prinsip memberikan solusi kepada paramedis dalam menentukan besar kalori bagi penderita Diabetes Mellitus. 

Kaidah Inferensi
Mesin inferensi merupakan bagian terpenting yang melakukan tugas penalaran. Bagian ini biasa dikatakan sebagai mesin pemikir (Thinking Machine). Penelitian ini menggunakan metode penelusuran kedepan atau forward chaining, yaitu penalaran yang dimulai dari sekumpulan fakta menuju suatu kesimpulan (jumlah kalori then jenis diet). Fakta-fakta tersebut berupa tinggi badan, berat badan, jenis kelamin, rentang usia, aktifitas fisik keseharian dan kondisi berat badan menurut hasil Indeks Massa Tubuh (IMT). Untuk wanita hamil hanya memerlukan satu variabel tambahan dalam penentuan besar kalori yang harus dikonsumsi yaitu masa kehamilan atau menyusui. Dari beberapa fakta diatas, pengguna diminta untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan sistem secara benar sesuai kondisi sebenarnya. Sebelum pertanyaan memiliki jawaban, sistem tidak akan dilanjutkan menuju pertanyaan berikutnya. Hal ini berulang sampai pertanyaan habis dan kesimpulan berupa jumlah kalori bisa dihitung berdasarkan jawaban-jawaban yang dipilih pengguna. Setiap jawaban memiliki bobot sendiri-sendiri dan dengan mesin inferensi kedepan setiap bobot yang terpilih akan dijumlahkan atau dikurangkan berdasarkan rumus broca. Mesin inferensi dikemas dalam bentuk Kaidah Produksi yang merupakan bagian dari representasi pengetahuan. Mesin inferensi penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6 berikut.

Selain mesin inferensi, dalam perancangan sistem berbasis kecerdasan buatan diperlukan sebuah pohon penelurusan (decision tree) untuk menjelaskan sistematika alur-alur sekumpulan aturan yang diadopsi dari basis pengetahuan. Pohon penelusuran penentuan kalori dapat dilihat pada Gambar 7 berikut.
Untuk memperjelas tabel-tabel representasi pengetahuan, berikut ini contoh perhitungan kalori menggunakan rumus broca. Seorang pasien berjenis kelamin laki-laki dengan berat badan 45 kg, tinggi 160 cm dinyatakan suspect DM 1 oleh dokter internist. Usia pasien adalah 45 th dan kegiatan sehari-hari bekerja sebagai pensiunan. Perhitungan kalorinya sebagai berikut :


1.      Langkah pertama menentukan indeks massa tubuh (IMT) dengan rumus BB kg / (TB)² m
2.      Langkah kedua adalah mengklasifikasikan hasil IMT dengan Tabel 2 sehingga pasien dikategorikan memiliki BB lebih atau BB kurang atau BB ideal.

3.      Langkah ketiga adalah mencari kalori awal (KA) yaitu Berat Badan ideal dikalikan dengan prosentasi jenis kelamin.

4.      Langkah keempat adalah prosentase umur * KA.
5.      Langkah kelima adalah prosentase aktifitas dikalikan KA.
6.      Langkah keenam adalah prosentasi berat badan dikalikan KA.
7.      Langkah terakhir adalah penentuan jumlah kalori yang dibutuhkan dengan cara (c)-(d)+(e)+/-(f) = x
Setelah kebutuhan kalori pasien dihasilkan sebesar x kalori dapat disimpulkan tipe diet golongan yang sesuai dengan kalori tersebut. (Lihat Tabel 5).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan dari purwarupa sistem pakar untuk menentukan jumlah kalori bagi penderita DM ini terdiri dari beberapa form akan muncul sesuai dengan menu yang dipilih. Menu Jumlah Kebutuhan Kalori
Menu konsultasi merupakan fasilitas utama dalam sistem pakar ini. Dalam menu ini terdapat serangkaian pertanyaan seputar data antropometri yang diajukan oleh sistem kemudian wajib dijawab oleh pengguna. Menu ini memberikan opsi jawaban Ya dan Tidak kepada pengguna. Menu konsultasi dari proses inisialisasi awal sampai proses hasil akhir dapat dilihat pada Gambar 8 sampai Gambar 13.

Pada Gambar 8 diatas memperlihatkan hasil perhitungan pencarian berat badan ideal yang digunakan untuk menentukan kategori berat badan kurang, ideal atau lebih. Setelah berat badan diketahui pengguna dipersilakan melanjutkan pertanyaan dengan menekan tombol lanjut. Setelah pengguna menentukan pilihannya, langkah berikutnya menjawab pertanyaan kedua sampai pertanyaan habis. Menu pertanyaan kedua dapat dilihat pada Gambar 9 berikut.


Pada Gambar 9 diatas, sistem memberikan pertanyaan seputar jenis kelamin yaitu wanita atau pria. Pengguna wajib memilih satu diantara dua pilihan karena rumus broca mengharuskan semua input ada nilainya. Jika pilihannya jatuh pada wanita maka berat badan akan dikalikan angka 25. Namun jika pilihannya jatuh pada pria maka berat badan akan dikalikan 30 satuan kemudian dicatat pada fasilitas penjelas. Pertanyaan berikutnya adalah rentang usia pengguna atau penderita. Rentang usia ini dibagi menjadi empat kelompok yaitu kelompok 30-40 th, 41-59 th, 60-69 th dan diatas 69 th.

Pada Gambar 10 diatas menunjukkan sistem memberikan pertanyaan seputar rentang usia. Pengguna wajib memilih yang sesuai dengan kondisi sebenarnya. Sistem pertama kali akan menanyakan rentang umur terendah sampai pada rentang umur tertinggi. Jika pengguna memilih ya maka akan menuju ke pertanyaan berikutnya namun jika memilih tidak maka akan dilanjutkan pada rentang usia lainnya. Pertanyaan berikutnya adalah pertanyaan seputar aktifitas sehari-hari. Pada Gambar 11 dibawah ini menunjukkan sistem memberikan pertanyaan seputar aktifitas sehari-hari dari pengguna. Aktifitas sehari-hari diklasifikasikan menjadi empat kategori yaitu aktifitas istirahat, aktifitas ringan, aktifitas sedang dan aktifitas berat. Masing-masing dari aktifitas memiliki bobot sendiri-sendiri dan akan dikalikan dengan berat badan pengguna.


Pertanyaan terakhir setelah beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh pengguna adalah pertanyaan bentuk badan. Bentuk badan disini dibagi menjadi tiga kategori sesuai perhitungan IMT di fase inisialisasi awal. Ketiga kategori itu adalah kurang, berat badan ideal dan berat badan lebih. Pengguna harus menjawab sesuai dengan hasil perhitungan IMT di bagian fasilitas penjelas. Form pernyataan kategori bentuk badan dapat dilihat pada Gambar 12.


Setelah semua pertanyaan yang diajukan sistem habis, sistem akan memberi solusi seperti ditunjukkan pada Gambar 12. Hasil akhir perhitungan sistem ini adalah untuk menentukan besar kalor. Informasi yang ada dalam menu hasil akhir merupakan bagian dari rangkaian perhitungan rumus broca dengan bantuan mesin inferensi sehingga sistem mampu memberikan output sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini. Dari hasil perhitungan untuk kasus contoh pada Gambar 13 dapat diambil kesimpulan bahwa penderita memerlukan jumlah kalori sebesar 1687,5. Hasil akhir dari sistem ini dapat dilihat pada Gambar 13 berikut.


Mesin inferensi runut maju bekerja sesuai aturan IF-THEN yang telah direpresentasikan kedalam program komputer. Penjelasan perhitungan dari serangkaian Gambar 8 sampai Gambar 13 diatas dapat disajikan pada ilustrasi dibawah ini :

1.      Langkah pertama menentukan indeks massa tubuh (IMT) dengan rumus BB kg / (TB)² m = 45 / 2,56 = 17,57.

2.      Langkah kedua adalah mengklasifikasikan hasil IMT dengan Tabel 2 sehingga pasien dikategorikan memiliki BB kurang menggunakan BB aktual karena 17,57 termasuk dalam BB kurang.
3.      Langkah ketiga adalah mencari kalori awal (KA) yaitu Berat Badan ideal dikalikan dengan prosentasi jenis kelamin yaitu 45 * 30 = 1350.

4.      Langkah keempat adalah prosentase umur dikalikan kalori awal. Umur yang dipilih adalah antara 41-59 tahun sehingga prosentasenya 5% sehingga 5% * 1350 = 67,5.

5.      Langkah kelima adalah prosentase aktifitas dikalikan KA yaitu  10% * 1350= 135.
6.      Langkah keenam adalah prosentasi berat badan dikalikan KA yaitu 20% * 1350= 270. Sehubungan dengan berat badan lebih maka poin nomor 6 ini akan menjadi positif. Sebaliknya jika kondisi berat badan lebih maka nilai pada poin nomor 6 ini bernilai negatif.

7.      Langkah terakhir adalah penentuan jumlah kalori yang dibutuhkan dengan cara poin nomor (3)-(4)+(5)+(6) = 1350 – 67,5 + 135 – 270 = 1687,5.
Dari hasil perhitungan matematis diatas dapat disimpulkan bahwa dengan beberapa input data antropometri seorang pasien didapat besar kalori diet adalah 1687,5.

Kesimpulan

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1.      Sistem ini dirancang dengan beberapa masukan seperti tinggi badan, berat badan, jenis kelamin, usia, aktifitas dan kategori badan dengan aturan broca untuk perhitungan menu diet.

2.      Sistem ini dirancang menggunakan basis pengetahuan yang tersimpan dalam basis data diantaranya tabel usia, jenis kelamin, bobot, kategori, aktifitas dan berat badan.
3.      Sistem ini memberi output berupa jumlah kalori.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S, 2007., Penuntun Diet Edisi Baru, PT.Gramedia Pustaka, Jakarta. Arhami, M, 2005., Konsep Dasar Sistem Pakar. Andi, Yogyakarta.

Kusrini, 2006.,  Sistem pakar teori dan aplikas, Andi offset, Yogyakarta.
Kusumadewi, S., 2003, Artificial Intelligent Teknik dan Aplikasinya, Graha Ilmu, Yogyakarta. Mahan, Stump, 2000., Food, Nutrition and Diet Therapy, Elsevier’s, 11th edition, USA. Mukharromah, 2010., Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Diabetes Berbasis Web, Skripsi Teknik

Informatika, IST AKPRIND.
Rizal, 2009., Pengembangan Aplikasi Sistem Pakar Untuk Diagnosis Penyakit Diabetes Mellitus, Tesis UNDIP, Semarang
Masykur, 2009., Sistem Pakar Penyusun Diet Diabetes Tipe II, Jurnal Digilibs, Institute Teknologi Bandung, Bandung.

Soegondo, Sidartawan., Prof., Dr., dr., SpPD-KEMD., FACE, 2006., Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Di Indonesia, PB. PERKENI, Jakarta.

Turban, E., Aronson., 2005., Decision Support System and Intelligent System Jilid 2, Prantice Hall International Inc, 7th edition, New Jersey.

Sumber :









More aboutMAKALAH PENGANTAR TELEMATIKA ( TUGAS 4 )

GALILEO ( TUGAS 4 )

Diposting oleh Derri on Selasa, 10 Januari 2017

Galileo adalah inisiatif Eropa Global Satellite Systems Nasional ( atau GNSS ) . Seperti dengan segala sesuatu yang merupakan hasil dari negosiasi yang rumit dan kontrak , perkembangannya lambat , dengan peluncuran satelit pertama pada tahun 2011. Galileo memegang janji revolusi geolocalization , dengan pengenalan mendatang layanan baru .

Teknologi IoT (Internet of Thing) mendorong Intel mengeluarkan teknologi yang menggabungkan komputer mini dengan Arduino. Teknologi tersebut diberi nama Intel Galileo. Berbeda dengan Arduino yang menggunakan microcontroller sebagai dasarnya, Intel Galileo menggunakan Processor Intel Quark SoC X1000.

Prosesor Quark X1000 sendiri adalah sebuah prosesor 32-bit berarsitektur yang sama dengan Intel Pentium dan memiliki memori cache tertanam sebesar 512KB. Selain hardware yang kompatibel dengan Arduino, pemrograman untuk Intel Galileo dapat menggunakan pemrograman untuk Arduino yaitu Arduino IDE (Integated Development Environment).

Selain dapat menggunakan bahasa pemrograman C dan C# (bahasa pemrograman yang didukung dalam Arduino IDE), dapat juga digunakan bahasa pemrograman lain yang di antaranya adalah Phyton dan Node.js.

Dengan dibekali Processor Intel Quark SoC X1000, Intel Galileo memiliki spesifikasi yang setara dengan komputer dengan prosesor Pentium III sehingga mampu menjalankan suatu sistem operasi. Sistem operasi yang mampu dijalankan pada Intel Galileo adalah sistem operasi Linux Yocto. Sistem tersebut dapat digunakan untuk menjembatani Intel Galileo dalam berkomunikasi dengan komputer lainnya.

Intel Galileo juga dibekali dengan pin-pin seperti yang terdapat pada Arduino yaitu 14 pin digital I/O (input/output) dan 16 pin analog input. Dalam pin digital I/O terdapat 6 pin analog output. Dengan pin-pin ini kita dapat menggunakan Galileo untuk menerima dan mengolah data yang diperoleh dari suatu sensor serta memberikan suatu perintah kepada aktuator. Dengan kata lain, Intel Galileo mampu berkomunikasi dengan hardware-hardware seperti sensor, aktuator, ataupun rangkaian listrik digital lainnya.

Pada Intel Galileo juga terdapat slot LAN dan PCIE sehingga Intel Galileo dapat digunakan untuk berkomunikasi melalui internet. Ini membuat kita dapat mengakses data yang diperoleh oleh Intel Galelio melalui internet. Selain itu kita juga dapat memberikan perintah melalu internet. Dari prinsip-prinsip inilah kita dapat membuat alat yang berbasis IoT.

Intel Galileo merupakan sistem yang mudah digunakan. Selain karena kompatibel dengan Arduino, Intel Galileo juga memiliki sifat yang open source dari sisi hardware maupun software.Hardware dan sofware-nya masih sangat mudah untuk dioprek.

Selain kita dapat menggunakan Arduino IDE untuk melakukan pemrograman pada Intel Galileo, kelebihan dari Intel Galileo adalah kita dapat menggunakan library yang ada pada Arduino. Kelebihan lainnya adalah bagi yang terbiasa dengan pemrograman web dapat menggunakan node.js untuk pemrogramannya. Bahkan bahasa pemrograman phyton juga dapat kita gunakan.


Intel Galileo merupakan sistem yang membutuhkan sedikit tegangan saja untuk beroprasi. Sistem ini hanya membutuhkan tegangan sebesar 5v DC sehingga power dari kabel USB komputer mampu untuk memberikan energi untuk menjalankan Arduino.

Intel Galileo adalah papan pengembangan (development board) berbasis Intel pertama yang dirancang untuk diprogram dengan menggunakan perangkat lunak Arduino – IDE. Galileo memiliki pin yang compatible dengan Arduino Uno R3 sehingga dapat beroperasi dengan shield Arduino standar. Mikroprosesor yang digunakan pada Galileo adalah mikroprosesor Intel® Quark™ SoC X1000 application processor, yang merupakan mikroprosesor 32 bit dengan kecepatan operasi 400 MHz. Beberapa fitur yang terdapat pada Galileo :
Mendukung berbagai antarmuka I/O standar industri, seperti full-sized mini-PCI Express* slot, 100 Mb Ethernet port, microSD* slot, USB host port, dan USB client port.

Memiliki media penyimpanan berupa 256 MB DDR3, 512 kb embedded SRAM, 8 MB NOR Flash, dan 8 kb EEPROM standard on the board, serta dapat dipasang microSD card maksimal 32 GB.
Memiliki susunan pin standar Arduino (Digital, Analog, dan catu daya) sehingga compatible dengan sebagian besar shield Arduino.

Galileo dapat diprogram dengan 2 cara, yaitu :
Ø  Menggunakan Arduino IDE versi khusus yang dapat diunduh dari sini Dengan menggunakan perangkat lunak ini Galileo dapat diprogram seperti kita memprogram Arduino pada umumnya, baik dari sisi tampilan perangkat lunak maupun bahasa pemrogramannya. Cara ini dilakukan dengan menghubungkan port mikro USB yang terdapat pada Galileo dengan port USB pada PC.

Ø  Menggunakan terminal Linux. Pada Galileo sebenarnya memiliki dua sisi, yaitu sisi Arduino dan sisi Linux. Kita dapat mengakses Galileo sisi Linux dengan menggunakan antarmuka terminal menggunakan perintah Linux standar. Cara ini dilakukan melalui komunikasi serial dengan menghubungkan PC dan Galileo menggunakan konverter USB ke TTL (3.3V). Galileo juga dapat diprogram menggunakan beberapa bahasa pemrograman populer, seperti Python dan OpenCV, dengan cara meng-upgrade Linux OS standar bawaannya dengan Linux OS pada SD Card.

Galileo yang kami terima adalah merupakan generasi 2, yang memiliki beberapa perbedaan dibandingkan generasi pertama, antara lain :
Ø  Header 6-pin 3.3V USB TTL UART menggantikan 3.5 mm jack RS-232 console port untuk akses menggunakan OS Linux.
Ø  Konektor standar 6 pin kabel konverter serial USB ke TTL 3.3V Peningkatan kecepatan dan kemampuan 12 pin GPIOs.
Ø  PWM 12 bit untuk pengendalian gerakan yang lebih halus pada motor servo dan DC
Ø  UART 1 dapat diarahkan ke header Arduino sehingga menghilangkan kebutuhan serial software.
Ø  Memiliki kemampuan 12V power-over-Ethernet (PoE) capable
Catu daya dapat menerima tegangan maksimal 15V, dibandingkan 7V pada generasi 1.

Informasi lebih lanjut :


DAFTAR PUSTAKA :

More aboutGALILEO ( TUGAS 4 )